Jumat, 30 September 2011

Bahan Olah Karet (Bokar)

Karet merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan di Indonesia,hal ini didukung dengan penetapan karet sebagai komoditas andalan ekspor. Saat ini perkebunan karet mulai berkembang di masyarakat, hal ini terkait dengan mulai membaiknya harga karet sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Upaya pengembangan karet rakyat saat ini masih memerlukan perhatian dari berbagai pihak terkait dengan peningkatan produktivitas tanaman karet dan upaya peningkatan kualitas hasil karet. Kualitas bahan olah karet (bokar) yang di usahakan rakyat saat ini diberbagai tempat termasuk di Kabupaten Way Kanan belum optimal dan belum sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga harga jual yang diterima petani tidak optimal.

Untuk memperoleh lateks kebun sesuai dengan baku mutu perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu (a) lateks hasil penyadapan di mangkok sadap dikumpulkan dalam wadah kering dan bersih, paling lambat 5 jam setelah penyadapan, (b) menggunakan bahan pengawet sesuai anjuran, untuk menghindari penggumpalan secara alami.

Standar baku mutu lateks adalah (a) kadar karet kering tidak melebihi 20%, (b) bersih dari benda-benda lain berupa kayu, daun dan atau kontaminan lainnya, (c) berwarna putih dan berbau segar.

Terkait dengan upaya peningkatan kualitas bahan olah karet (bokar) tersebut maka Menteri Pertanian menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian No: 38/Permentan/OT.140/8/2008 tentang Pedoman Pengolahan Dan Pemasaran Bahan Olah Karet (Bokar).

Sumber:
Download Peraturan Menteri Pertanian No:38/Permentan/OT.140/8/2008
Read More..

Sabtu, 24 September 2011

Pertanian dan Cuaca Ekstrim

Cuaca ekstrim yang terjadi saat ini berupa kemarau yang ekstrim sangat berpengaruh pada kehidupan petani. Kerentanan sektor pertanian terutama tanaman pangan terhadap cuaca ekstrim disebabkan oleh tanaman pangan relatif sensitif terhadap cekaman air. Di Propinsi Lampung, akibat kemarau saat ini sebanyak 9.000 hektare (ha) lebih lahan pertanian mengalami kekeringan, dimana sebanyak 1.400 ha lahan padi dan 183 ha lahan jagung mengalami puso (gagal panen) karena kekurangan pasokan air.

Perubahan iklim yang terjadi saat ini, air menjadi persoalan mendasar dimana pada musim kemarau terjadi kesulitan pasokan air sedangkan pada musim hujan air melimpah yang berakibat banjir di berbagai daerah. Persoalan ini merupakan masalah tahunan yang terus berulang, yang mendorong semua pihak diharapkan dapat mencari solusi secara terpadu dan menyeluruh sehingga efek yang muncul tidak terlalu merugikan masyarakat.

Ketersediaan air tergantung pada kondisi lingkungan di hulu terutama hutan sebagai penyimpan air di musim kemarau dan panahan air dimusim penghujan. Upaya memperbaiki kondisi hutan melalui reboisasi hutan mendesak untuk dilakukan agar persoalan perubahan iklim dapat diminimalisir. Hal ini juga perlu didukung dengan perbaikan manajemen pengelolaan air, termasuk sistem dan jaringan irigasi. Disisi lain perlu dilakukan upaya pengembangan teknologi panen air melalui embung, dam, dan parit, serta langkah-langkah efisiensi penggunaan air.

Semoga, upaya terpadu dapat dilakukan oleh semua pihak sehingga masalah tahunan ini dapat di kurangi efek yang merugikan bagi masyarakat.

Dari Berbagai Sumber
Read More..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...